"Di atas perahu yang kami huni sekarang ada dua keluarga yang menempati. Total semuanya ada delapan orang," kata Naisah, Rabu (13/4/2016) seperti dikutip Republika.
Naisah kini tengah hamil tujuh bulan. Di tengah penderitaan keluarganya setelah digusur, wanita berusia 29 tahun itu berusaha menjaga agar janinnya tetap sehat. Pagi buta, buruh itu berangkat kerja ke Jakarta Barat. Sorenya, ia pulang ke perahu tersebut untuk beristirahat.
Nasib Jumiati lebih miris lagi. Wanita berusia 30 tahun yang juga terpaksa tinggal di perahu itu mengaku tidak mampu memasak makanan lantaran tak punya uang buat membeli bahan pangan. Untungnya, masih ada bantuan nasi bungkus pemberian para donatur yang datang ke Luar Batang.
Jumiati juga mengkhawatirkan masa depan dua anaknya yang duduk di SDN 2 Petang Penjaringan. Meskipun masih bersekolah, istirahat mereka agak terganggu karena di perahu banyak nyamuk.
Di perahu yang ditinggali Jumiati, ada tiga keluarga yang mengungsi. Mereka tak mampu berbuat apa-apa atas penggusuran yang terjadi.
"Biarlah Tuhan yang membalas kezaliman penguasa ini," kata Jumiati. [Siyasa/Tarbiyah.net]
No comments:
Post a Comment