4 Ketegasan KH Ali Mustafa Ya’qub yang Tidak Disukai Syiah dan Kalangan Liberal - Amazing Indonesia

Latest

Thursday, 28 April 2016

4 Ketegasan KH Ali Mustafa Ya’qub yang Tidak Disukai Syiah dan Kalangan Liberal


KH Ali Mustafa Ya’qub wafat pagi ini, Kamis (28/4/2016). Menurut Prof Didin Hafidhuddin, almarhum adalah seorang ulama yang berani dan tegas dalam menyampaikan kebenaran ajaran Islam.

Berikut ini empat ketegasan KH Ali Mustafa Ya’qub yang tidak disukai syiah dan kalangan liberal:

1. Melarang tokoh syiah ceramah di Masjid Istiqlal


Sewaktu menjadi imam besar Masjid Istiqlal, KH Ali Mustafa Ya’qub melarang ulama syiah berceramah di Masjid Istiqlal. KH Ali Mustafa Ya’qub mewanti-wanti agar jangan sampai ada tokoh syiah yang memanfatkan Masjid Istiqlal karena bisa membawa fitnah bagi umat Islam.

2. Menolak pendapat bolehnya perempuan menjadi imam bagi laki-laki


Kalangan feminis dan liberal (JIL dan kawan-kawannya) getol memperjuangkan kesetaraan gender. Termasuk mendukung perempuan menjadi imam shalat bagi laki-laki.

KH Ali Mustafa Ya’qub secara tegas menolah pendapat bolehnya perempuan mengimami laki-laki. Ia bahkan menulis buku khusus berjudul Imam Perempuan.

Pakar hadits itu juga menegaskan bahwa hadits yang dipakai oleh kalangan JIL merupakan hadits dhaif.

3. Tegas menolak pernikahan beda agama


Di saat kalangan liberal memperjuangkan bolehnya pernikahan beda agama dengan mengatasnamakan hak asasi manusia (HAM), KH Ali Mustafa Ya’qub menegaskan larangan pernikahan beda agama.

KH Ali Mustafa Ya’qub juga menuliskan penjelasan larangan pernikahan beda agama itu dalam buku Nikah Beda Agama dalam Al Qur’an dan Hadits.

4. Membongkar peran Syiah Iran dalam tragedi mina


Di saat kalangan Syiah menyerang Arab Saudi sebagai penanggungjawab tragedi Mina pada Idul Adha 10 Dzulhijjah 1436, KH Ali Mustafa Ya’qub membeberkan data keterlibatan Syiah Iran dalam musibah yang menelan korban 1000 jiwa itu.

Berdasarkan pengalamannya sembilan tahun di Arab Saudi dan selalu mengikuti prosesi ibadah haji, ia menyimpulkan tak mungkin musibah itu terjadi secara alami. Sebab jamaah haji pada tanggal 10 Dzulhijjah berada dalam kondisi lelah, mengantuk dan lapar sehingga jalannya pelan-pelan saat hendak melempar jumrah. Mereka juga tidak berdesakan.

No comments:

Post a Comment