Selasa (19/4/2016) kemarin, Taufiq Ismail menghadiri Simposium Tragedi 1965. Sebagai tokoh anti-PKI, penyair kondang ini membacakan puisi tentang kebiadaban PKI.
Di luar dugaan, peserta yang sebagiannya eks-PKI marah hingga pembacaan puisi itu dihentikan. Taufiq Ismail pun diusir dari acara tersebut.
Seperti apa puisinya? Berikut ini penggalannya:
Angka-Angka
Dua orang cucuku, bertanya tentang angka-angka
Datuk-datuk, aku mau bertanya tentang angka-angka
Kata Aidan, cucuku laki-laki
Aku juga, aku juga, kata Rania cucuku yang perempuan
Aku juga mau bertanya tentang angka-angka
Rupanya mereka pernah membaca bukuku tentang angka-angka dan ini agak mengherankan
Karena mestinya mereka bertanya tentang puisi
Tetapi baiklah,
Rupanya mereka di sekolahnya di SMA ada tugas menulis makalah
Mengenai puisi, dia sudah banyak bertanya ini itu, sering berdiskusi
Sekarang Aidan dan Rania datang dengan ide mereka menulis makalah tentang angka-angka
Begini datuk,
Katanya ada partai di dunia itu membantai 120 juta orang, selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian kata Aida dan Rania, ya..ya..120 juta orang yang dibantai
Setiap hari mereka membantai 4500 orang selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian cucuku bertanya
Datuk-datuk, kok ada orang begitu ganas..?
Kemudian dia bertanya lagi,
Kenapa itu datuk? Mengapa begitu banyak?
Mereka melakukan kerja paksa, merebut kekuasaan di suatu negara
Kerja paksa
Kemudian orang-orang di bangsanya sendiri berjatuhan mati
Kerja paksa
Kemudian yang ke dua
Sesudah kerja paksa,
Program ekonomi di seluruh negara komunis tidak ada satupun yang berhasil
Mati kelaparan, bergelimpangan di jalan-jalan
Kemudian yang ketiga,
Sebab jatuhnya Puisi ini
Sebabnya adalah mereka membantai bangsanya sendiri,
Mereka membantai bangsanya sendiri
Di Indonesia
Pertama kali di bawa oleh Musso, di bawa Musso.
Di Madiun mereka mendengarkan pembantaian.
Sebenarnya puisi itu belum selesai, tetapi dihentikan setelah peserta berteriak-teriak menuduh Taufiq Ismail provokator.
No comments:
Post a Comment