Memutus Ta’aruf Setelah Tergabung di Grup Facebook - Amazing Indonesia

Latest

Thursday 6 August 2015

Memutus Ta’aruf Setelah Tergabung di Grup Facebook

“Mengapa antum tidak jadi melamarnya, Akh?” Ikhwan itu heran dengan keputusan sahabatnya yang tidak mau melanjutkan proses ta’aruf.

“Aku nggak cocok dengannya, Mas”

“Setelah ta’aruf antum bilang katanya sudah mantap”

“Iya, dulu aku mantap. Tapi setelah bergabung satu grup dengannya di Facebook, aku tidak bisa menerimanya”

“Maksudnya bagaimana?”

“Aku diundang masuk sebuah grup. Ternyata di grup itu ada banyak ikhwan dan akhwat. Termasuk dia. Aku terkejut membaca komen-komennya. Ternyata dia tidak sepemalu yang aku kira. Nggak canggung berkomunikasi dan balas komen ikhwan. Kata-katanya juga tidak lembut seperti akhwat yang kuharapkan. Beda dengan waktu ta’aruf. Malah tidak jarang masih aktif komunikasi di grup lewat jam 9 malam. Aku ikhwan pencemburu. Tidak cocok dengan dia”

Ikhwan yang dipanggil Mas itu terdiam cukup lama. “Semoga Allah memberikan yang lebih baik. Alasanmu syar’i”

***




Beberapa ustadz dan ustadzah mengeluhkan fenomena yang mirip dengan kasus tersebut. Meskipun tidak banyak, ada satu dua fenomena perubahan komunikasi ikhwan akhwat akhir-akhir ini. Khususnya setelah maraknya Smartphone. Entah melalui Facebook, BBM, WhatsApp,atau aplikasi lainnya. Kini ikhwan dan akhwat dengan mudahnya bisa terhubung melalui grup, bahkan ada yang terperosok dalam chatting berdua.

Namun media sosial dan aplikasi sejenis itu juga ada manfaatnya. Banyak. Komunikasi menjadi lebih mudah. Informasi menjadi lebih cepat dan sangat-sangat murah. Bahkan tidak sedikit yang bisa meningkatkan ibadah –baik secara kualitas maupun kuantitas- dengan Smartphone di tangannya. Sebut saja One Day One Juz (ODOJ) dalam membiasakan tilawah, One Day One Ayat (ODOA) dalam meningkatkan hafalan, Komunitas Tahajud Berantai (KUTUB) dan sebagainya.

Teknologi itu hanyalah alat. Ia ibarat pisau. Bisa digunakan untuk mengupas mangga, bisa pula dipakai untuk membunuh orang. Tergantung siapa yang pegang dan sejauh mana ia berkomitmen dengan prinsip yang selama ini ia yakini.

Soal komunikasi, ketika seseorang memegang sebuah prinsip interaksi dengan lawan jenis, semestinya ia tidak berubah apakah dalam dunia nyata atau dalam dunia maya. Apakah komunikasi langsung atau melalui media. Meskipun, kadang godaan untuk berkata bebas di forum dunia maya lebih besar daripada di dunia nyata. Namun kata Aa Gym, teko hanya akan mengeluarkan isinya.

Oh ya, satu lagi manfaat media sosial dan aplikasi komunikasi. Ia bisa digunakan oleh orang yang sedang ta’aruf untuk melihat bagaimana kepribadian, sikap dan kata-kata calonnya. [Muchlisin BK/Tarbiyah.net]




No comments:

Post a Comment